Efek obat-obatan diuretik
Obat-obatan yang bersifat diuretik memiliki fungsi mengeluarkan garam dan cairan berlebih dalam tubuh. Inilah sebabnya, mengonsumsi jenis obat golongan ini dapat meningkatkan frekuensi buang air kecil.
Mau tahu cara menahan BAB dengan aman saat situasi mendesak? Baca di artikel ini: Ini 5 Cara Aman Menahan BAB dengan Sehat saat Situasi Mendesak.
Studi berjudul A rare case of acute urinary bladder diverticulitis mimicking acute appendicitis, dalam American Journal of Case Reports menyebutkan bahwa divertikulitis kandung kemih merupakan suatu kondisi medis yang sangat langka.
Penyakit ini tak hanya membuat pengidapnya menjadi sering buang air kecil, tapi juga berhubungan dengan perdarahan per dubur yang terlihat dengan divertikulitis kolon.
Dampaknya, masalah kesehatan ini bisa berujung pada terjadinya hematuria atau kencing berdarah.
Vaginitis adalah peradangan pada vagina yang muncul dengan gejala sering buang air besar.
Selain itu, gejala lainnya berupa gatal pada kemaluan, keputihan dengan tekstur yang kental, berwarna putih atau kehijauan, dan berbau busuk.
Kamu bisa mengetahui apa saja penyebab kelainan medis ini melalui artikel 5 Penyebab Vaginitis yang Harus Diperhatikan.
Hubungi Dokter Ini untuk Mengatasi Sering Buang Air Kecil
Apabila kamu atau orang terdekat menjadi lebih sering buang air kecil dari biasanya, sebaiknya segera hubungi dokter spesialis urologi di Halodoc.
Sebab, meningkatnya frekuensi buang air kecil bisa menjadi gejala dari penyakit tertentu.
Dengan berkonsultasi, dokter dapat membantu mengetahui penyebab dan menyarankan tindakan lebih lanjut apabila diperlukan.
Jangan khawatir, dokter di Halodoc telah berpengalaman serta mendapatkan penilaian baik dari pasien yang sebelumnya mereka tangani.
Berikut dokter di Halodoc yang bisa kamu hubungi:
Dokter spesialis urologi pertama yang bisa kamu hubungi adalah dr. Ben Mantiri. Ia merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana pada 2011 dan Universitas Indonesia pada 2023.
Ia berpraktik di Jakarta Selatan, dan tergabung sebagai anggota Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) dengan nomor STR 3111106322134860.
Berbekal pengalaman selama 13 tahun, dr. Ben Mantiri Sp.U bisa memberikan konsultasi melalui Halodoc apabila frekuensi buang air kecil kamu meningkat.
Chat dr. Ben Mantiri Sp.U mulai dari Rp 150.000,- di Halodoc.
Selanjutnya, kamu juga bisa menghubungi dr. Dian Paramita Oktaviani S Sp.U, M.Ked.Klin yang merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga pada 2012 dan 2021.
Ia berpraktik di Surabaya, Jawa Timur, dan tergabung sebagai anggota IDI (Ikatan Dokter Indonesia) dengan nomor STR 3521106321139602.
Dengan pengalaman selama 12 tahun, dr. Dian Paramita Oktaviani S Sp.U, M.Ked.Klin, memberikan layanan konsultasi di Halodoc terkait permasalahan di sistem kemih, termasuk sering buang air kecil.
Chat dr. Dian Paramita Oktaviani S Sp.U, M.Ked.Klin mulai dari Rp 80.000,- di Halodoc.
Itulah beberapa dokter spesialis urologi yang bisa dihubungi apabila kamu sering buang air kecil.
Dokter tersebut tersedia selama 24 jam di Halodoc sehingga kamu bisa lakukan konsultasi dari mana saja dan kapan saja.
Namun, jika dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi melalui aplikasi Halodoc.
Tunggu apalagi? Ayo, pakai Halodoc sekarang juga!
Halodoc, Jakarta – Frekuensi atau tingkat sering buang air kecil setiap orang tentu berbeda-beda setiap harinya. Hal ini bergantung pada banyaknya asupan cairan dan kinerja organ ginjal dalam mengolah kelebihannya.
Normalnya, frekuensi buang air kecil berkisar antara 6 hingga 8 kali dalam waktu 24 jam. Jika kamu minum terlalu banyak, terutama sebelum tidur malam, atau mendapat asupan kafein, tentu frekuensi berkemih akan mengalami peningkatan.
Menghindari pemicunya
Penelitian berjudul Impact of smoking habit on overactive bladder symptoms and incontinence in women dalam International Journal of Urology mengatakan, kebiasaan merokok jadi salah satu pemicu sering buang air kecil.
Baik perokok maupun orang yang pernah merokok menunjukkan peningkatan prevalensi inkontinensia urine ketimabang kelompok orang bukan perokok.
Cara mengatasi sering buang air kecil juga bisa dengan aktif bergerak. Sebab, malas gerak berkaitan dengan obesitas atau kelebihan berat badan.
Bobot tubuh yang berlebihan berpotensi melemahkan otot yang menopang kandung kemih. Dampaknya, terjadi peningkatan frekuensi buang air kecil.
Latihan kegel adalah salah satu cara alami untuk menurunkan frekuensi berkemih.
Gerakan sederhananya dapat membantu mengatasi gangguan, terlepas dari usia dan penyebab dari penyakit, terutama pada orang tua.
Studi dalam The 3rd Joint International Conference (JIC) menyebutkan, sebanyak 95.5 persen orang dengan gangguan kesehatan mengalami penurunan frekuensi buang air kecil setelah melakukan senam kegel.
Dalam mengatasi gangguan, senam kegel mampu meningkatkan sekaligus memperkuat kemampuan otot dasar panggul.
Langkah ini dapat melatih otot kandung kemih dan menurunkan potensi sering buang air kecil.
Pertama-tama, berbaring pada atas matras atau kasur. Kencangkan otot panggul dan tahan selama 5 hingga 10 detik, kemudian kendurkan. Lakukan cara ini sebanyak 10 kali dalam sehari.
Bagaimana Cara Mengatasi Sering Buang Air Kecil?
Penanganan sering buang air kecil tentu harus sesuai dengan kondisi yang menjadi penyebabnya.
Inilah sebabnya, kamu perlu melakukan pemeriksaan ke dokter untuk bisa memastikan penyebab masalah kesehatan tersebut.
Tidak hanya diri sendiri, pemeriksaan juga perlu kamu lakukan untuk orang tua.
Ini terutama untuk kelompok orang yang berusia lebih dari 40 tahun yang memang sangat rentan mengalami berbagai masalah kesehatan kronis, seperti diabetes atau prostat.
Guna mendapatkan diagnosis yang akurat, dokter perlu melakukan wawancara terkait riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik.
Jika memang perlu, dokter juga bisa melakukan beberapa pemeriksaan penunjang.
Apabila dokter telah mengetahui apa yang menjadi penyebabnya, kamu bisa mendapat penanganan yang tepat.
Misalnya, sering buang air kecil yang terjadi karena infeksi saluran kemih bisa membaik dengan obat antibiotik.
Sementara itu, peningkatan frekuensi berkemih karena kondisi kandung kemih overaktif bisa berkurang dengan tindakan berikut:
Bagaimana Cara Mengatasi Sering Buang Air Kecil?
Penanganan sering buang air kecil tentu harus sesuai dengan kondisi yang menjadi penyebabnya.
Inilah sebabnya, kamu perlu melakukan pemeriksaan ke dokter untuk bisa memastikan penyebab masalah kesehatan tersebut.
Tidak hanya diri sendiri, pemeriksaan juga perlu kamu lakukan untuk orang tua.
Ini terutama untuk kelompok orang yang berusia lebih dari 40 tahun yang memang sangat rentan mengalami berbagai masalah kesehatan kronis, seperti diabetes atau prostat.
Guna mendapatkan diagnosis yang akurat, dokter perlu melakukan wawancara terkait riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik.
Jika memang perlu, dokter juga bisa melakukan beberapa pemeriksaan penunjang.
Apabila dokter telah mengetahui apa yang menjadi penyebabnya, kamu bisa mendapat penanganan yang tepat.
Misalnya, sering buang air kecil yang terjadi karena infeksi saluran kemih bisa membaik dengan obat antibiotik.
Sementara itu, peningkatan frekuensi berkemih karena kondisi kandung kemih overaktif bisa berkurang dengan tindakan berikut:
Sering buang air kecil gejala diabetes
Tak banyak yang menyadari bahwa peningkatan frekuensi buang air kecil juga menjadi gejala awal dari diabetes.
Gangguan ini terjadi karena tubuh berusaha mengeluarkan kelebihan glukosa dalam bentuk urine.
Kamu bisa membaca artikel Sering Buang Air Kecil Tanda Terkena Diabetes untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap.
Namun, pastinya perlu ada pemeriksaan medis pendukung untuk menguatkan diagnosis.
Selain diabetes, Ini Penyebab Peningkatan Frekuensi Buang Air Kecil di Malam Hari yang perlu kamu waspadai.
Sering buang air kecil pun menjadi gejala utama dari penyakit batu ginjal.
Keinginan untuk sering buang air ini awalnya akan muncul saat pengidap merasakan rasa sakit berbentuk tekanan pada bagian saluran kemih.
Tekanan ini berasal dari batu yang keluar dari ginjal dan tersangkut di ureter.
Ketika batu mencapai kantung kemih, rasa sakit tertekannya akan mereda, tapi, sebagai gantinya keinginan untuk sering buang air kecil muncul.
Selain itu, penyakit ini juga muncul dengan gejala berupa mual, muntah, sakit perut bagian bawah, dan perubahan warna urine menjadi lebih keruh.
Bahkan, pengidap juga terkadang mengalami kencing berdarah.
Mau tahu obat-obatan untuk mengatasi batu ginjal? Baca di artikel ini: Berbagai Obat Batu Ginjal Sesuai Jenisnya.
Ibu hamil, terutama pada trimester akhir tentu akan sering mengalami buang air kecil.
Kondisi ini terjadi karena kepala bayi sudah memasuki panggul dan menekan kandung kemih.
Kamu bisa membaca artikel Ketahui Penyebab Sering Buang Air Kecil saat Hamil untuk mengetahui penyebabnya lebih lengkap.
Selain itu, ibu hamil pada trimester akhir juga mengalami nyeri punggung, sembelit, sulit tidur, dan mudah merasa lelah.
Infeksi ginjal terjadi akibat bakteri penyebab infeksi kandung kemih sudah masuk ke dalam ginjal.
Selain sering buang air kecil, gejala gangguan kesehatan ini juga berupa demam, nyeri punggung, dan nyeri ketika buang air kecil.
Kandung kemih overaktif
Sering buang air kecil juga bisa menjadi tanda kandungan kemih overaktif atau overactive bladder.
Penyebabnya adalah kandung kemih yang berkontraksi berlebihan, meski belum penuh dengan urine. Biasanya, gejala dari masalah kesehatan ini terjadi secara tiba-tiba.
Kehamilan bisa menjadi penyebab sering buang air kecil tapi sedikit. Selama trimester pertama, wanita hamil akan lebih sering buang air kecil. Pengaruh utamanya melansir dari Health Line adalah hormon progesteron, gonadotropin, dan koronik manusia. Penyebab sering buang air kecil tapi sedikit ini juga terjadi karena perkembangan uterus dapat menekan kandung kemih. Untuk mengatasinya, disarankan melakukan senam Kegel secara rutin.
2. Interstitial Cystitis
Interstitial cystitis merupakan penyebab sering buang air kecil tapi sedikit yang wajib diwaspadai. Pada dasarnya, interstitial cystitis adalah kondisi ketika "kabel" di dalam tubuh kita menyilang dan memberi tahu otak bahwa kita perlu buang air kecil saat kandung kemih penuh. Padahal, tugas ini seharusnya dilakukan oleh saraf panggul.
Kondisi ini terjadi seiring dengan kebutuhan buang air kecil yang terus-menerus. Jika hanya mengeluarkan cairan dalam jumlah kecil, kondisi ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan saat kandung kemih terisi, nyeri di panggul atau di antara vagina dan anus, serta nyeri saat berhubungan seks.
Meskipun tidak dapat disembuhkan, penyebab sering buang air kecil tapi sedikit seperti interstitial cystitis dapat dicoba untuk diobati dengan terapi fisik untuk meredakan nyeri panggul, pelatihan kandung kemih, konsunsi obat untuk mengendurkan kandung kemih dan mengurangi ketidaknyamanannya, dan banyak lagi.
Pembesaran prostat (BPH) merupakan salah satu penyebab sering buang air kecil tapi sedikit pada pria. Kondisi ini dapat menekan uretra atau saluran kemih, sehingga menyebabkan dinding kandung kemih lebih sensitif.
Akibatnya, kandung kemih mudah berkontraksi bahkan ketika hanya ada sedikit urine, sehingga menjadi penyebab sering buang air kecil.
Penyebab sering buang air kecil tapi sedikit ini melansir dari Healt Line biasa dipengaruhi oleh usia pria. Prostat yang membesar akan menyebabkan komplikasi salurah kemih hingga menjadi penyebab sering buang air kecil tapi sedikit.
4. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyebab sering buang air kecil tapi sedikit yang paling sering terjadi. Kondisi ini terjadi ketika bakteri menyerang saluran kemih. Penyebab sering buang air kecil tapi sedikit ini melansir Health Line, sekitar empat kali lebih sering dialami wanita daripada pria.
Hal tersebut menyebabkan peradangan, sehingga mengganggu kemampuan kandung kemih untuk menahan kencing. Gejala khas yang menyertai penyebab sering buang air kecil tapi sedikit seperti ISK adalah demam dan nyeri perut bagian bawah atau pinggang.
Bakteri E. coli menyebar ke alat kelamin dari daerah anus atau di tempat lain. Infeksi bakteri ini menyebabkan sistitis (radang kandung kemih) dan bertanggung jawab atas keinginan untuk buang air kecil. Faktor risiko ISK adalah aktivitas seksual, diabetes, kateter, menahan buang air kecil, dan kebersihan yang buruk.
Pelvis adalah area perut bagian bawah. Ketika otot meregang dan lemah, yang mungkin terjadi pada kehamilan dan persalinan, kandung kemih mungkin keluar dari posisinya. Ini bisa menyebabkan uretra mungkin terentang dan menjadi . Keduanya bisa menyebabkan buang air kecil lebih sering.
Pelvis adalah area perut bagian bawah. Ketika otot meregang dan lemah, yang mungkin terjadi pada kehamilan dan persalinan, kandung kemih mungkin keluar dari posisinya. Ini juga bisa menyebabkan uretra mungkin terentang dan menjadi penyebab sering buang air kecil tapi sedikit. Tentu saja keduanya bisa menyebabkan buang air kecil lebih sering.
Bagaimana Cara Mengatasi Sering Buang Air Kecil?
Penanganan sering buang air kecil tentu harus sesuai dengan kondisi yang menjadi penyebabnya.
Inilah sebabnya, kamu perlu melakukan pemeriksaan ke dokter untuk bisa memastikan penyebab masalah kesehatan tersebut.
Tidak hanya diri sendiri, pemeriksaan juga perlu kamu lakukan untuk orang tua.
Ini terutama untuk kelompok orang yang berusia lebih dari 40 tahun yang memang sangat rentan mengalami berbagai masalah kesehatan kronis, seperti diabetes atau prostat.
Guna mendapatkan diagnosis yang akurat, dokter perlu melakukan wawancara terkait riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik.
Jika memang perlu, dokter juga bisa melakukan beberapa pemeriksaan penunjang.
Apabila dokter telah mengetahui apa yang menjadi penyebabnya, kamu bisa mendapat penanganan yang tepat.
Misalnya, sering buang air kecil yang terjadi karena infeksi saluran kemih bisa membaik dengan obat antibiotik.
Sementara itu, peningkatan frekuensi berkemih karena kondisi kandung kemih overaktif bisa berkurang dengan tindakan berikut:
Infeksi saluran kemih (ISK)
Menurut buku berjudul Urinary Tract Infection oleh StatPearls Publishing (2023), infeksi saluran kemih adalah masalah kesehatan yang paling sering memengaruhi frekuensi buang air kecil pada seseorang.
Penyakit ini paling sering terjadi pada orang berusia 16 sampai 35 tahun, dengan 10 persen wanita terkena infeksi berulang dan lebih dari 40 persen hingga 60 persen mengalami infeksi setidaknya sekali dalam hidup mereka.
Selain itu, kekambuhan juga sering terjadi, dengan hampir setengah pengidapnya mengalami gangguan sebanyak dua kali dalam satu tahun.
Masalah kesehatan ini memicu peningkatan frekuensi buang air kecil bersamaan dengan penurunan volume urine.